Kejadian ini terjadi sekitar sebulan yang lalu ketika gue ditugaskan untuk menggelar stand pshysiognomy di acara Dies Natalis Universitas Diponegoro. Physiognomy merupakan suatu metode semi ilmiah untuk mengetahui personality seseorang melalui fitur-fitur wajah mereka. Gue tertarik untuk mempelajarinya ketika SMA dan memutuskan untuk mengangkat tema physiognomy untuk sebuah tugas pembuatan website ketika semester 2 kemarin. Ternyata website dengan tema physiognomy yang kelompok kami angkat terpilih menjadi juara di angkatan 2012. Dan suatu malam dosen gue tiba-tiba menghubungi gue apakah gue bisa menampilkan website tersebut di acara dies natalis sekaligus menggelar stand physiognomy keesokan harinya which means gue harus berhadapan sama para strangers untuk dibaca personality-nya. Funny how my lecturer really thought I mastered it! Kemudian, dari sedikit waktu yang tersisa, gue mempelajari lagi tentang physiognomy lebih jauh.
Keesokan harinya gue datang ke Gd. Soedarto, merapikan meja, menaruh masing-masing dua buah kursi pada kedua sisi yang berlawanan, meletakkan taplak meja, menaruh hiasan bunga mawar berwarna putih diatasnya, dan mengawasi projector yang dipasang untuk menampilkan website tersebut. Oh, well...
Homepage dari website yang gue buat. |
Gue ditugaskan selama 3 hari untuk menggelar stand tersebut, kemudian kira-kira hari kedua datanglah seorang laki-laki yang terlihat masih sebaya dengan gue, memakai kemeja dengan unsur gelap yang dominan, dan menggendong sebuah backpack berwarna hitam. Dia berdiri di belakang kursi kosong di hadapan gue, kemudian menaikkan alisnya dan matanya menatap tajam ke arah gue sembari tersenyum..menggunakan bahasa tubuh apakah gue mempersilakan dia untuk duduk dan dibaca. Gue mempersilakannya. Wajahnya terlihat polos dan mimiknya sedikit bingung, mungkin ia kebingungan bagaimana harus memulai karena gue hanya tersenyum dan memandang tanpa kata kearahnya. "Hello, siapa namanya?" gue memecah keheningan...
Dia adalah seorang mahasiswa fakultas teknik angkatan 2013 yang berasal dari Lampung. Perawakannya tinggi dan kurus dengan kulit sawo matang. Dia mengangguk dan tersenyum berkali-kali ketika gue membaca wajahnya, tidak jarang juga ia tersipu malu, mungkin karena ia merasa personality-nya bisa dibaca oleh orang tak dikenal bagaikan buku. "Ya, kurang lebih begitu" gue menyudahi pembacaan wajahnya. Tidak berapa lama ia berkata "boleh aku cerita?", "oh silahkan saja. Kamu bebas cerita tentang apa saja yang kamu mau, aku siap mendengarkan".
Ia pun mulai bercerita tentang perasaan yang telah lama terpendam dalam. Perasaan yang mengusik hari-hari si lelaki tentang seseorang yang kini berjarak sejauh 450 km darinya. Mereka mengenal satu sama lain ketika masih SMA di sebuah pertunjukkan musik, pertemuan yang merupakan sebuah awal dari perasaan yang belum menemukan ujungnya. Dia mengaku bahwa ia sengaja memilih Universitas Indonesia dan ITB pada SNMPTN tertulis karena si perempuan juga memilih kedua universitas tersebut.
"Loh, kenapa kamu malah masuk UNDIP?"
"mmm.. jadi... saya lupa mengisi kode soal di kertas ujian..."
"......."
Perempuan itu berhasil diterima di Universitas Indonesia jurusan kedokteran.
"Tahun depan saya mau coba lagi ke UI atau ITB"
"Kamu nggak krasan disini?"
Ternyata alasan ia untuk mencoba lagi tahun depan hanyalah semata-mata karena si perempuan, agar berada pada kota yang sama atau setidaknya jarak 450 km tersebut dapat diminimalisir menjadi sekitar 140 km.
"I see.. Jadi, kamu sengaja pindah karena dia"
Ia mengangguk.
"Terus kamu masih sering kontak-kontakkan?"
"Nggak..."
"Loh kok?"
"Saya jarang komunikasi sama dia, sebulan sekali mungkin"
"Kapan terakhir kali ngobrol?"
"Kalau untuk terakhir kali.. (tersipu malu) sebenarnya sudah sejak tiga bulan yang lalu"
"Sejarang itu??"
"Iya, jadi selama ini saya paling cuma stalking twitternya aja, atau perhatikan status blackberry messengernya"
Ternyata lelaki ini malu untuk memulai, dia lebih memilih untuk memerhatikan tanpa sepengetahuan si perempuan.
"Kenapa kamu nggak mencoba buat berkomunikasi yang lebih sering? padahal komunikasi itu penting"
"Saya merasa nggak pantas, saya juga bingung mau membicarakan apa"
"Kenapa merasa nggak pantas?"
"Saya sering lihat banyak lelaki yang suka sama dia, ngasih dia bunga, merayu dia.. Sedangkan saya apa? Saya nggak bisa kasih dia apa-apa. Saya merasa malu"
Gue terdiam...
"Dia nggak akan pernah tau sedalam apa perasaanmu kalau kamu nggak pernah coba buat tunjukkin itu. Kalau kamu bingung mau ngomongin apa, cari tahu apa yang dia suka.. apa yang menarik minat dia. Dia suka apa?"
"Dia itu menarik, dia suka nonton film dan main musik"
"Nah, coba kamu cari tau tentang film yang lagi hits atau cari tahu tentang musik yang dia suka sebagai bahan obrolan. Aku pribadi suka sama seseorang yang sama-sama tertarik terhadap apa yang aku suka"
Dia tersenyum dan mengangguk
"Mbak... Dia pintar main gitar, saya nggak bisa main gitar tapi berusaha mati-matian belajar gitar buat dia biar bisa menyanyikan satu lagu untuknya..."
"Saya sukaaa sekali suaranya, tiap kali mendengar dia bernyanyi saya... (matanya memandang keatas, senyumnya melebar). Mbak mau dengar suaranya?"
"Boleh juga"
Dia merogoh sakunya, meraih sebuah handphone nokia tipe lama dan mencari-cari file yang ia ingin tunjukkan, kemudian ia memencet tombol play dan memberikan handphonenya ke arah telinga gue untuk didengarkan.
Terdengar seorang perempuan yang mulai memainkan gitar dan menyayikan sebuah lagu berbahasa inggris secara merdu.
3 menit berlalu.
3 menit berlalu.
"Bagus sekali kan?"
"Iya, baguss. Aku juga suka suaranya"
Suasana sesaat hening. Ia mengembalikan handphone ke dalam sakunya.
"Saya sayang sama dia..."
Tanpa sadar ada sedikit perasaan yang cukup menyayat, gue merasakannya.
Dan sebelum sesi itu berakhir, gue berkata...
"Ok, jadi sekarang kamu memang perlu untuk lebih menunjukkan perhatian kamu ke dia. Setidaknya jangan malu buat sekedar say hi, setelah itu baru mulai mengobrol lagi. Kamu jangan ngerasa nggak mampu, toh kamu sendiri benar-benar belum menunjukkan perasaan kamu sepenuhnya.. bagaimana dia bisa tahu kalau kamu punya perasaan sama dia? Kamu lanjutkan aja berlatih gitarnya, toh itu juga menguntungkan buat kamu sendiri. Banyak perempuan suka lelaki yang bisa main gitar (tersenyum). Untuk masalah universitas, kamu harus lebih banyak berpikir lagi. Bagaimana kalau kamu ternyata nggak diterima? Atau bagaimana kalau kamu diterima namun setelah itu kamu dikecewakan olehnya padahal dialah alasan kenapa kamu berpikir untuk pindah universitas? Motivasi kamu adalah dia, ketika motivasi itu sudah nggak ada apa yang akan kamu lakukan? Padahal kamu udah mengorbankan waktumu, pikiranmu, dan materimu demi pindah kesana. Yang ada kamu malah kehilangan semangat untuk kuliah karena motivasi kamu tidak semata-mata untuk kuliah disana kan? Jalani yang ada dan kasih yang terbaik, tunjukkin kalau kamu juga bisa berprestasi disini. Jangan setengah-setengah ketika menjalani sesuatu. Life to the fullest. Aku yakin kamu juga bisa berhasil disini, kamu juga harus yakin ya sama diri kamu sendiri."
Dia mengangguk dan tersenyum lebar
"Mbak.. terima kasih banyak..."
(Tersenyum)
"Saya nggak pernah cerita seperti ini sama orang, ini kali pertama saya..."
"Wah..."
"Terima kasih ya atas sarannya. Saya akan mencoba... Terima kasih sekali lagi"
Darinya gue tersadar akan suatu hal. Bahwa tanpa sadar kau dicintai secara tulus, oleh orang-orang yang memilih untuk bersembunyi untuk mencintaimu. Mungkin seringkali kita merasa bahwa kita sendirian ketika kita tidak benar-benar sendiri.
Mungkin kau kurang peka untuk menyadari keberadaannya
Atau mungkin karena dia yang lebih memilih untuk mencintaimu dalam diam
Dia mungkin bukanlah seorang yang kau pikirkan dikala malam sebelum kamu beranjak tidur, atau dikala pagi sesaat setelah kau matikan alarmmu itu.
Dia juga mungkin bukanlah seorang yang kau nanti kehadirannya di mimpi-mimpimu, bukan seorang yang terbesit dalam pikiranmu ketika hujan, bukan seorang yang kau visualisasikan ketika kau mendengar lagu-lagu atau puisi cinta.
Namun kau tidak sadar bahwa kaulah seorang yang ia harapkan untuk berada dalam tiap mimpinya, di dalam kesunyian doanya.
Dia lebih memilih untuk memilikimu di alam tak kasat mata.
Mungkin kesepianmu bukan karena tak ada yang menemanimu atau mencintaimu secara tulus
Namun karena kau sendiri yang lupa untuk memberikan kesempatan kepadanya untuk berhenti berkamuflase, untuk berhenti bersembunyi
Percayalah
Kau tidak sendiri
Post ini kupersembahkan untuk:
Kau yang sedang sendiri
Kau yang sedang menanti
dan kau yang telah bersamanya
ahh dotta nggak bilang kalo mau buka stand, aku kan pengen lihat juga hehe
ReplyDeleteMengharukan.. Lumayan bikin sedih"
ReplyDeleteeh kapan ada lagi ni, mau mampir ah, baca wajah gue dong
ReplyDeletekasus serupa sebenernya banyak tau :p
ReplyDeletesaking nge fans-nya sampe ngga bisa ngapa-ngapain pas udah ketemu, malah terbang~ haha
@Linda: Aku waktu itu sebar info via twitter kok hihi
ReplyDelete@Ega: Makasih Egi's twin
@Bebiblu: I guess I know who you are >:)
@Anon: Haha, happened to me too.