Postingan gue kali ini,
ngebahas tentang para pengamen jalanan.
Pernah suatu siang, matahari lagi terik-teriknya,
pas gue pulang sekolah naek angkutan umum.
Ga berapa lama kemudian, 2 orang pengamen cewe seumuran gue naek
ke angkutan umum yang gue naikin.
Penampilannya dekil,wajahnya penuh peluh,rambutnya berwarna
pirang karena terlalu sering berada dibawah matahari.
salah
satu dari mereka yang membawa gitar dari senar karet memakai
gelang hitam berentet di pergelangan tangannya dan rambutnya lebih
pirang didandingkan yang satunya(ehmm mungkin dicat) dengan
gaya rambut berponi menutupi sebagian wajahnya(mengingatkan gue
sama vokalis kangen band),
sedangkan yang satunya keliatan banget wajahnya sangat berkeringat
dan letih dan berambut pendek,ia membawa semacam gendang kecil
yang terbuat dari lapisan tipis karet ban(mungkin).
Mereka berdua memainkan lagu yang cukup dikenal sekarang ini,
jujur..ehm, gue ga suka lagunya. Tapi, mungkin lagu itu
yang paling akrab di telinga mereka.
kalo ga salah, lagunya ST12 yang judulnya Saat Terakhir
(bener ga judulnya?).
Kemudian, mereka terus bernyanyi dengan lancarnya.
Gue hanya terdiam melihat mereka,iba...
Dan bagian yang paling bikin gue iba sama mereka, pas
angkutan umum yang gue tumpangi melewati sebuah tongkrongan anak
sekolah. Rata-rata para anak sekolah yang berseragam putih biru itu
melihat ke arah pengamen itu,ada yang ngeliatinnya sampe mengap-mangap,
ada yang ngeliatinnya kaya ngeliatin alien dari Mars ,dsb.
Dan pengamen itu ngga malu sama sekali! Mereka tetap bernyanyi
dengan cerianya... gue salut disini.
Mereka mencari uang sendiri dengan mandiri,kemana orangtua mereka?
Sedangkan gue? hidup udah cukup,
bahkan selalu menghambur-hamburkan uang,dikit-dikit minta uang
buat beli unnecessary stuff,mungkin udah sampe jutaan gue
ngabisin itu semua. Gue terharu sama mereka...
Gue jadi bisa belajar sama para pengamen jalanan ini untuk
selalu mensyukuri nasib yang lebih baik dari mereka.
Kemudian,setelah lagunya habis, gue ngasi uang secukupnya untuk mereka.
Memang nominalnya ga terlalu besar dan pas gue ngasih uangnya ke pemain
gendang itu dan ia menerimanya,gue ngeliat...
oh,sangat memilukan.. Jarinya cacat. Hanya ada empat jari.
Gue makin iba sama mereka...
2 hari kemudian, ada kejadian unik yang gue lihat.
Ketika gue naik angkutan umum lagi, seorang remaja cowo naik.
penampilannya rapi,gue ga nyangka kalo ternyata dia pengamen.
Tapi, ko dia ga bawa apa-apa? Ga bawa gitar atau alat musik pada umumnya.
Ga berapa lama, dia mengeluarkan secarik kertas dari kantong celananya ,
dia mulai berbicara...
oh! dia membacakan sebuah puisi karyanya sendiri ke semua penumpang.
Puisi tentang nasib dan kehidupan.
Waw,gue baru kali ini ngeliat pengamen mengamen dengan cara seperti ini.
Yup,kita bisa ngambil kesimpulan, kalo kehidupan di kota metropolitan
yang tak pernah tidur dan gemerlapan ini masih ada banyak orang yang
kekurangan, bahkan remaja seumuran kita lebih memilih mengamen
daripada sekolah.
Ironis...
Kapan Indonesia dapat merubah semua ini?
so,all my fellas...
this experiences for us .
satu dari mereka yang membawa gitar dari senar karet memakai
gelang hitam berentet di pergelangan tangannya dan rambutnya lebih
pirang didandingkan yang satunya(ehmm mungkin dicat) dengan
gaya rambut berponi menutupi sebagian wajahnya(mengingatkan gue
sama vokalis kangen band),
sedangkan yang satunya keliatan banget wajahnya sangat berkeringat
dan letih dan berambut pendek,ia membawa semacam gendang kecil
yang terbuat dari lapisan tipis karet ban(mungkin).
Mereka berdua memainkan lagu yang cukup dikenal sekarang ini,
jujur..ehm, gue ga suka lagunya. Tapi, mungkin lagu itu
yang paling akrab di telinga mereka.
kalo ga salah, lagunya ST12 yang judulnya Saat Terakhir
(bener ga judulnya?).
Kemudian, mereka terus bernyanyi dengan lancarnya.
Gue hanya terdiam melihat mereka,iba...
Dan bagian yang paling bikin gue iba sama mereka, pas
angkutan umum yang gue tumpangi melewati sebuah tongkrongan anak
sekolah. Rata-rata para anak sekolah yang berseragam putih biru itu
melihat ke arah pengamen itu,ada yang ngeliatinnya sampe mengap-mangap,
ada yang ngeliatinnya kaya ngeliatin alien dari Mars ,dsb.
Dan pengamen itu ngga malu sama sekali! Mereka tetap bernyanyi
dengan cerianya... gue salut disini.
Mereka mencari uang sendiri dengan mandiri,kemana orangtua mereka?
Sedangkan gue? hidup udah cukup,
bahkan selalu menghambur-hamburkan uang,dikit-dikit minta uang
buat beli unnecessary stuff,mungkin udah sampe jutaan gue
ngabisin itu semua. Gue terharu sama mereka...
Gue jadi bisa belajar sama para pengamen jalanan ini untuk
selalu mensyukuri nasib yang lebih baik dari mereka.
Kemudian,setelah lagunya habis, gue ngasi uang secukupnya untuk mereka.
Memang nominalnya ga terlalu besar dan pas gue ngasih uangnya ke pemain
gendang itu dan ia menerimanya,gue ngeliat...
oh,sangat memilukan.. Jarinya cacat. Hanya ada empat jari.
Gue makin iba sama mereka...
2 hari kemudian, ada kejadian unik yang gue lihat.
Ketika gue naik angkutan umum lagi, seorang remaja cowo naik.
penampilannya rapi,gue ga nyangka kalo ternyata dia pengamen.
Tapi, ko dia ga bawa apa-apa? Ga bawa gitar atau alat musik pada umumnya.
Ga berapa lama, dia mengeluarkan secarik kertas dari kantong celananya ,
dia mulai berbicara...
oh! dia membacakan sebuah puisi karyanya sendiri ke semua penumpang.
Puisi tentang nasib dan kehidupan.
Waw,gue baru kali ini ngeliat pengamen mengamen dengan cara seperti ini.
Yup,kita bisa ngambil kesimpulan, kalo kehidupan di kota metropolitan
yang tak pernah tidur dan gemerlapan ini masih ada banyak orang yang
kekurangan, bahkan remaja seumuran kita lebih memilih mengamen
daripada sekolah.
Ironis...
Kapan Indonesia dapat merubah semua ini?
so,all my fellas...
this experiences for us .
uh... cape gw baca ini semua..
ReplyDeletedon't be tired here . heheheh
ReplyDeletebegituLah keidupan,. semua ada Lawan nya,...tinggaL kita yang pandai mensyukuri aja,..
ReplyDelete:))
ReplyDelete