banner


Saturday 17 October 2015

Pelajaran Dari Pengalaman Magang di Rumah Sakit Jiwa


Beberapa hari yang lalu, tepatnya 10 Oktober merupakan "Hari Kesehatan Mental Sedunia" atau "World Mental Health Day". Maka dari itu, saya berniat untuk berbagi pengalaman dan pelajaran yang didapat selama bulan Agustus lalu dimana saya melaksanakan magang di salah satu RSJ yang berlokasi di Grogol - Jakarta Barat.
Baiklaaah, saya akan memulai dengan kata-kata ini:

"mental hospital patients aren't scary"

Dan inilah beberapa pelajaran yang nggak akan terlupakan oleh saya

1. Men are fragile (too)
Pandangan yang ada di masyarakat bahwa mereka lebih kuat. Nope. We're all the same. Bahkan pasien lelaki di RSJ di tempat saya magang lebih banyak jumlahnya. Distress atau stress yang bersifat negatif atau merugikan dapat dialami oleh semua orang tak terkecuali oleh laki-laki. Mereka lebih sulit untuk mengungkapkan kesedihan dan emosinya dibanding perempuan, dan tidak sedikit yang memilih untuk memendam masalahnya (repression). Think about it, sesuatu yang ditumpuk semakin lama akan semakin banyak and guess what, masalah yang selalu dibiarkan (tidak dilepaskan) apalagi tanpa ada penyelesaian (unresolved issues) merupakan sumber dari penyakit mental. 

Jadi, kalau temen cowokmu keliatan kenapa-kenapa, jangan dicuekin, dan untuk para lelaki, jangan segan untuk bercerita pada orang yang kalian percaya. 

2. They only need to be listened
Mereka mengaku lelah dengan obat-obatan yang harus mereka minum setiap hari. Sebenarnya, mereka hanya ingin didengarkan dan ada orang lain yang mendengarkan tanpa membuat mereka merasa terhakimi. Poin ini berhubungan dengan nomor 1, dimana mereka juga ingin melepaskan masalah-masalah mereka sehingga merasa lega. 

Lain halnya dengan seorang pasien yang mengalami gangguan kognitif ditambah dengan skizofrenia. Ia amat sangat sulit mengungkapkan pikirannya. Usianya sekitar 19 tahun, tingkahnya seperti anak usia 2-3 tahun. Suka bermain sabun dan sisanya tertempel di kulitnya, tidak bisa berbicara banyak, dan tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang aneh dan bernada mengejek secara random, "dasar jelek lo, pe'a lo!".
Pertanyaannya, mengapa kata-kata tersebut yang ia keluarkan? Adakah peristiwa traumatis yang ia alami sampai-sampai dari seluruh waktu hidupnya, kata-kata itu yang ia pilih untuk dikeluarkan secara tidak sadar? saya berpikir bahwa ia juga merupakan korban bully di sekolahnya dulu karena ia berhasil meraih pendidikan hingga STM. Suatu pagi, ketika ia sedang tidak melakukan apa-apa saya sempat tawari "hai, mau menggambar lagi?" dia mengangguk dan saya berpikir bahwa ia akan kembali menggambar graffiti karena hari sebelumnya ketika ia disuruh menggambar orang untuk tes psikologi, ia benar-benar tidak bisa melakukannya dan malah menggambar graffiti bagaimanapun perintah yang diberikan.
Dengan air liur yang menetes dan ekspresi yang data, ia memberikan kertasnya dan alangkah terkejutnya saya bahwa ia malah menulis kata-kata berikut...

"Saya salah minta maaf ampun aku tolong masuk saya lebih Tolong
hancurkan saya bunuh ambih nyawa tolong saya hancurkan saya
ambih nyawa bunuh. Sampus (?) ambih nayawa saya
saya ambih saya bunuh darah"

Well, there was nothing I could do that day. Saya cuma berpikir bahwa hebatnya pengaruh bully dan negativitas lingkungan pada hidup seseorang.

3. Love can drive you crazy
Banyak pasien merupakan korban cinta. Baik yang tertolak maupun yang terbohongi. Jadi, hati-hati sama cinta hehehe. Karena saya anggap yang baca blog ini sudah cukup dewasa (gosh!), saya pun akan blak-blakan disini ya. Ada salah satu pasien yang memacari seorang pelacur dan ia berjanji untuk berubah. Terlanjur senang, si cewek ended up menghabiskan uang si cowok dan meninggalkannya. Si cowok mengaku sangat terbohongi dan sakit hati setengah mati. Menurut saya, belajar menerima realita adalah kuncinya.

4. Rejection damages
Penolakan itu menyakitkan dan bisa menghancurkan self-esteem. Menurut Winch (2013), kebanyakan dari kita merespon penolakan dalam suatu hubungan dengan mencari-cari kesalahan dalam diri kita dan hal tersebut biasanya disebabkan oleh kurangnya chemistry dalam hubungan, perbedaan gaya hidup, maupun menginginkan sesuatu yang berbeda pada saat yang berbeda pula. Ingat bahwa menyalahkan diri sendiri akan membuat kita semakin sulit untuk sembuh secara emosional.

Jangan lupa untuk bekali diri yang cukup untuk kemungkinan terburuk

5. Emotions are contagious 
Pasien satu sedih, yang lain ikutan. Yang satu mulai mengamuk, ga lama temannya juga! Selama berabad-abad, peneliti belajar mengenai tendensi seseorang untuk meniru ekspresi emosi orang lain secara tidak sadar, dan dalam banyak kasus mereka juga merasakan perasaan yang sama hanya dengan diperlihatkan emosi-emosi yang ada pada interaksi sosial (Carter, 2012). Ternyata, penelitian menunjukkan bahwa ketika kita melakukan peniruan ekspresi cemberut, senyuman, maupun ekspresi lainnya benar-benar memicu reaksi di otak kita yang menyebabkan kita menginterpretasi ekspresi-ekspresi tersebut sebagai perasaan kita sendiri. 

Emosi itu menular, jadi kalau ada istilah surround yourself with positive people, gue sangat setuju.

6. The support of your significant other is important
Dukungan pasangan sangat berguna bagi kesembuhan pasien. Ada seorang pasien skizofren yang sudah beristri dan mempunyai anak. Pada suatu siang, istrinya datang dan moodnya berubah seketika. Dia terlihat senang dan menunjukkan ke orang-orang sekitarnya bahwa istrinya datang dan ia mencium kening istrinya di depan teman-temannya. 

7. Treat them like friends
Dari hasil observasi dan wawancara selama sebulan, mereka akan jauh lebih terbuka apabila kita dapat mengajak mereka berbicara seperti teman sendiri. Ada salah seorang pasien yang menderita gangguan mood yang suka sekali seni. Hobinya menggambar dan dia mengaku suka membaca. Tapi keadaan ekonomi keluarganya hanya mampu menyekolahkan perempuan ini hingga kelas 3 SD saja. Berikut adalah gambar-gambar yang ia buat










8. Your mind can be your biggest enemy
Pikiran mereka menyuruh mereka untuk bunuh diri, melukai diri dengan pisau, merusak, dll.
Sebut saja Pak R, subjek yang harus saya gali pengalamannya, dia mengaku bahwa pikirannya sendiri yang menyuruhnya untuk menghancurkan warung, dan F yang "dibisikkan" untuk membunuh dirinya sendiri dan menusuk-nusukkan perutnya dengan pisau. Pikiran merupakan sesuatu yang menjadi musuh utama para penderita skizofren, dan itu adalah hal yang pasti. Namun, bagi kita yang sehat secara mental sekalipun masih harus naklukin pikiran kita yang terkadang menyulitkan. Your mind can do anything it wants to, well if you let it. Bisa kok pikiranmu membuat moodmu down seharian, ya kalau kalian mengijinkannya. 

Tonton deh video emotional first aid dari Guy Winch di bawah ini, ia mengajari kita bagaimana caranya kita menghadapi pikiran kita dan mengobati luka emosional. Dari kecil kita diajari untuk segera mengobati luka fisik ketika kita terluka, namun bagaimana dengan luka emosional yang sama pentingnya? Apakah kita akan buru-buru mengobatinya? padahal luka emosional pun dapat membelenggu seumur hidup kita. Ini merupakan video yang sayang dilewatkan dan menjadi salah satu favorit saya. 



"How is it that we spend more time taking care of our teeth than we do our minds?
Why is it that our physical health is so much more important to us than our psychologycal health?
We sustain psychological injuries even more often than we do physical ones
Injuries like failure or rejection or loneliness, they can also get worse if we ignore them and they can impact our lives in dramatic ways.
"Oh, kamu merasa depresi. Coba goyangkan saja, itu semua ada di kepalamu"
Dapatkah kita berbicara hal yang sama dengan orang yang mengalami patah kaki?

"Oh, kakimu patah. Coba jalan saja, itu kan cuma ada di kakimu"
Saatnya menutup celah antara kesehatan fisik dan psikologis :)

Semoga tulisan kali ini bermanfaat dan menginspirasi.
Have a great day.



Sumber (read them too!):

Carter, Sherri Bourg. 2012. Emotions are contagious - choose your company wisely. retrieved from: https://www.psychologytoday.com/blog/high-octane-women/201210/emotions-are-contagious-choose-your-company-wisely

Winch, Guy. 2013. 10 surprising facts about rejection. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/blog/the-squeaky-wheel/201307/10-surprising-facts-about-rejection

6 comments:

  1. wah kagak kebayang, nanganin orang gila 1 aja kagak sanggup apa lagi di rumah sakit juwa yang banyak..

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. dottaaa aku sukak tulisan ini

    ReplyDelete
  4. Ndot Link lu gue tambah di blog gue yah , biar rame hahaha ... berhubung punya gue masih sepi postingan ... gue ijin Artikel punya lw aja yak ... hehe , btw ini blog gue yang baru ... http://www.thesuratmanart.com/

    ReplyDelete
  5. Terima kasih untuk berbagi dalam artikel ini , semoga bermanfaat dan anda sukses selalu.

    ReplyDelete
  6. dulu pas aku magang wahh, banyak banget pelajaran yang didapet, pengennya nambah

    ReplyDelete

drop it comments,fellas!

banner


}